Saat terlihat lesu, aku bukannya menyerah, hanya sedang lelah~
Geulbaewoo

Hai! Aku kembali, kali ini aku akan mereview pengalaman dari membaca buku “AKU BUKANNYA MENYERAH, HANYA SEDANG LELAH” karya Geulbaewoo.
Buku ini merupakan buku terjemahan asal korea selatan yang di terjemahkan oleh Penerbit Haru pada tahun 2021. Jadi, buku ini masih baru banget keluarnya temen-temen.
Oh, iya jadi akhir-akhir ini aku lagi suka sama buku-buku yang bertema Self Improvement, kayak healing aja gitu saat kita membaca cerita di dalamnya. Contohnya kita jadi merasa lega saat membaca cerita yang memiliki permasalahan sama dengan kehidupan kita. Karena kita merasa bahwa ada teman seperjuangan yang sama sedang mencoba bertahan menghadapi segala permasalahan yang terjadi dalam kehidupan.
Jadi jujur, saat aku membaca buku ini aku tidak menangis, tapi aku mendapatkan kelegaan bahwa ‘ah…ternyata aku punya teman, aku tak sendirian…’
Sebelum masuk kedalam isi buku ini, di awal halaman ada kata sambutan yang di ditulis oleh dr.Andreas Kurniawan, Sp.KJ. sebagai dokter psikiater yang menanggapi tentang buku ini. Sang dokter memberikan statement keras bahwa kita harus menjadi baik dulu terhadap diri kita sendiri karena memang itulah kunci kehidupan, meskipun kita terbentur tembok yang keras kita tetap bisa bertahan tentunya dengan diri kita yang sangat berharga ini. Dari Membaca kata pengantar ini pun kita sudah bisa menyelami isi keseluruhan dari buku ini sebenarnya.
‘andai hidup dapat semudah itu…~’
Lanjut kembali, di dalam buku ini terbagi kedalam tiga bagian judul utama yang setiap satu bagian memiliki sub-sub judul yang akan mewakili setiap kisah-kisah yang di alami oleh penulis serta quotes yang dibuat penulis berdasarkan pengalaman hidupnya.
Bagian satu berjudul : kau pasti bisa mewujudkan banyak hal, meski harus jatuh bangun berulang kali.
Bagian dua berjudul : untukmu yang kelelahan karena selalu menahan semuanya sendirian
Bagian tiga berjudul : kesukaan yang menunjukan jati diri.
Ke semua judul itu mewakili cerita-cerita pahit yang di alami penulis serta pencarian makna hidup saat berada di krisis terbesar dalam kehidupanya. Ketika ia merasa tidak percaya diri dengan dirinya, ketika ia merasa tidak punya hal yang bisa di banggakan, serta ketika ia selalu gagal dalam kehidupan percintaanya. Semuanya terangkum dengan epik di setiap sub-sub judul.
Untuk bagian satu lebih mengulas tentang makna kehidupanya. Tentang keadaan ekonominya yang tidak stabil, keputusan untuk menyendiri sembari memikirkan luka-luka serta kecemasan yang ia alami, ia juga bercerita tentang mimpi-mimpinya serta menuliskan cara-cara agar ia bisa menjadi orang yang lebih baik di masa yang akan datang.
Selama ini
Kau sudah mengalami banyak kesulitan
Untuk menyelesaikan banyak hal sendirian.
Masuk ke bagian dua, penulis disini lebih dominan menuliskan kisah romansanya. Terus terdapat juga saran-saran menjalani hubungan yang baik dengan pasangan maupun dengan orang lain. ada salah satu saran yang aku ingat dari buku ini. Dalam sebuah hubungan tidak ada yang namanya benar dan salah yang ada hanya ada dua orang yang saling mengertikan satu sama lain.
Sebenarnya aku cukup tertohok pada isi bagian ke dua ini, karena ada beberapa kisah romansa yang baru-baru ini aku alami terus mengalami kesalahpahaman seperti yang di bahas dalam buku ini.
Aku jadi ingat ada seseorang yang pernah mengibaratkan perasaanku dengan sebuah perumpamaan jika aku di berikan sebuah sosis maka aku harus menerimanya. Jika tidak mau yang bilang saja tidak, dan jika kau mau maka kau harus menunjukan bahwa kau memang menginginkan makan sosis tersebut. jika tidak kamu tunjukan perasaan itu kamu akan menyesal. Intinya seperti itu yang aku tangkap. Nah, disini pun ada pembahasan yang di umpamakan dengan sebuah makanan.
Jadi kebahagiaan itu dapat diumpamakan seperti kamu sedang lapar. Jika kamu suka makan hamburger kemudian kamu bisa membuatnya maka apapun yang diberikan oleh orang lain itu tidak penting. Karena kamu bisa membuat makananmu sendiri. tetapi jika kamu lapar dan kamu tidak bisa membuat hamburger maka bahan-bahan yang diberikan oleh orang lain akan sangat berarti bagimu. Tapi jika kamu terus bergantung dengan seseorang yang memberikanmu makanan tentu kamu tidak akan berkembang. Maka penting untuk bisa mengatasi rasa laparmu sendiri. artinya dari perumpamaan itu adalah kamu harus bisa mengatasi segala hal yang ada pada dirimu, boleh mencoba, boleh gagal, tapi harus bangkit lagi karena tidak akan ada orang yang puas dengan kehidupannya. Semoga hati dan pikiranmu bisa lebih tenang agar kau bisa bahagia itulah definisi bahagia yang sebenarnya.
Saat cinta berakhir
Kau bisa memulai cinta yang baru.
Dan di bagian ke tiga isinya lebih menjelaskan tentang krisis kepercayaan diri yang mana mempertanyakan eksistensinya sebagai manusia serta tentang mimpi-mimpinya juga. Penulis menceritakan mimpinya untuk jadi penulis itu tidaklah mudah, ia pernah kuliah namun tidak lulus, lalu ia pernah membangun usaha pakaian lalu tidak berjalan lancar dan masih banyak kerikil-kerikil kehidupan yang ia alami. Namun ia selalu teringat, jika ia merasa menyerah dan hancur maka satu yang harus ia ingat, yaitu dirinya serta kedua orangtuanya yang telah membawa dirinya ke dunia ini, ia harus bersyukur dengan keadaanya meski tidak sempurna tapi kehidupannya harus tetap berjalan.
Geulbewoo menulis
Tiga hal yang diperlukan untuk berubah.
- Keinginan
- Waktu
- Keyakinan bahwa kau bisa berubah.
Wah, cukup banyak aku menulis review kali ini….aku harap kalian yang membaca tidak bosan yah… dan kata terakhir di bab 3 yang aku garis bawahi sebagai kata penutup yang ingin aku sampaikan adalah
“apa pun yang aku katakan sekarang, sebenarnya itu tidak terlalu penting”
Karena apapun yang kukatakan, tidak akan menjadikan masalahmu lebih baik apapun masalahnya kau akan mampu melewatinya. Jadi jangan khawatir!
Semangat teman-teman, tidak apa-apa kita terluka sekarang, karena nanti luka kita pasti akan sembuh. Fighting!!!
Bagaimana aku harus hidup
Janganlah terlalu cemas. Hiduplah sambil melakukan banyak hal yang kau sukai karena hidupmu hanya sekali.
Fin.
Leave a Reply